Cari ...

25 Februari 2016

Sejarah lahirnya pondok pesantren Musthafawiyah Purba Baru!

Musthafa lahir di Pasar Tanobato, Kayu Laut pada tahun 1886 Masehi bertepatan 1303 Hijriyah. Ayahnya Haji Husein Nasution adalah seorang saudagar yang taat beragama.

Pada usia tujuh tahun Musthafa memasuki sekolah Dua Di Kayu Laut sampai tamat kelas luma sebagai murid yang pintar dan cemerlang. Walaupun gurunya Sutan Guru menganjurkan agar musthafa melanjutkan pelajaran di kweekschool Bukittinggi, namun ayahnya lebih cenderung agar Musthafa menuntut ilmu agama islam agar kelak menjadi ulama yang besar.

Musthafa kemudian belajar pada seorang ulama tamatan Mekkah Hutapungkut. Ulama itu adalah kerabatnya sendiri, Syekh Abdul Hamid. Setelah dua tahun belajar di Hutapungkut, Syekh Abdul Hamid menganjurkan kepada Haji Husein agar mengirumkan Musthafa belajar ke Mekkah, dan belajar disana selama 12 tahun. Ada 10 ulama terkemuka yang menjadi gurunya di Mekkah ialah, Syekh Abdul Qodir Al-Mandily, Syekh Mukhtar Bagan, Syekh Umar Bajuneid, Syekh Ahmad Sumbawa, Syekh Salih Bafadhil, Syekh Ali Maliki, Syekh Abdul Rahman, Syekh Umar Sato, Syekh Ahmad Khatib dan Syekh Muhammad Amin Madinah.

Karena kecerdasaannya sesudah tujuh tahun belajar di Masjidil Haram, Musthafa sudah diperkenankan oleh para ulama gurunya itu untuk mengajar sambil belajar. Bidang ilmu yang ditekuninya ialah ilmu fikih.

Berhubung ayahnya wafat di Mandailing, Musthafa kembali ke kampung halaman pada tahun 1912. Musthafa mengajar di kampung-kampung di sekitar kampungnya dari satu mesjid ke mesjid lain dan dari surau ke surau lainnya, kehadirannya mendapat sambutan baik dari masyarakat Mandailing.

Pada tanggal 28 November 1915 terjadi bencana besar banjir yang menghanyutkan rumah-rumah penduduk dikampungnya Tanobato. Musthafa pindah ke Purba Baru dan meneruskan kegiatan pelajaran agama dikampung itu.

Tanggal hijrahnya ke Purba Baru itulah yang dijadikan sebagai hari lahirnya Madrasah Musthafawiyah. Sejak itu Musthafa terkenal dengan Syekh Musthafa Husein dan lebih terkenal dengan Tuan Syekh Purba. Tahun demi tahun muridnya bertambah. Salah seorang dari 20 muridnya yang ikut pindah dari Tanobato ke Purba Baru adalah Abdul Halim Khatob. Tokoh ini kelak menjadi menantunya. Syekh Abdul Halim Khatib terkenal dengan julukan Tuan Naposo atau Syekh Junior.

Pada tahun 1927 Syekh Musthafa Husein mendirikan bangunan madrasah disamping rumahnya. Gedung ini kelak akan dijadikan asrama puteri. Beberapa tingkatan pendidikan diselenggarakan disini, ialah Tajhiziyah 3 tahun, Ibtidaiyah 4 tahun , Tsanawiyah 3 tahun dan Aliyah 2 tahun. Madrasah ini terus berkembang yang pada tahun 1959 sudah memilik 20 lokal.

Sejumlah murid-muridnya melanjutkan pelajaran di luar negeri di antaranya : Syekh Abdul Halim Khatib 7 tahun belajar di Madrasah Shalatiyah Mekkah, Syekh Jaffar Abdul Wahab belajar di Universitas Kairo, Haji Syamsuddin 23 tahun di Mekkah dan belajar di Madrasah Al-Falah Mekkah. Haji Abdullah belajar di Madrasah Shalatiyah Mekkah, Haji Yunus belajar di Lucknow India dan Mekkah. Haji Ilyas belajar di Darul Ulum Mekkah dan Zainuddin Musa belajar di Lucknow India.

Selain para muridnya yang belajar diluar negeri itu, beberapa orang lagi tampil sebagai tokoh-tokoh tingkat provinsi dan nasional. Mereka adalah H. Nuddin Lubis pernah wakil dewan pimpinan pusat nahdatul ulama dan wakil ketua dewan perwakilan rakyat/MPR. Haji Aminuddin Aziz Pulungan pernah menjadi menteri di era pemerintahan presiden Sukarno dan Atase Haji di Jeddah.

Haji Ismail Sulaiman pejabat rektor IAIN Sumatera Utara dan Atase Haji di Jeddah. Syekh Ali Hasan Ahmad, Dekan Fakultas Tarbiyah Sumatera Utara Cabang Padang Sidimpuan. H. Mudin pegawai Departemen Luar Negeri Drs. M. Maliddin Ma'arif mantan kepala penerangan Agama provinsi Sumatera Utara dll.

Bersambung ..